Jumat, 30 Oktober 2015

Satu Hati (Bukan Kisah Cinta)


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’ #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Honda Motor dan Nulisbuku.com

Akhirnya saya nulis lagi gais... (terharu.com)
Semoga bermanfaat ya...

Enjoy :) 


Satu Hati (Bukan Kisah Cinta)
Siang itu terik seperti biasanya. Orang Indonesia bilang ini musim kemarau, tapi turis asing punya sebutan keren “summer” atau musim panas. Aku berteduh di bawah atap warung kopi sederhana, langsung menghadap jalan raya. Kalau kuperhatikan, jalanan ini tak pernah lengang. Kendaraan yang berlalu lalang terlalu variatif. Sebutkan saja semua moda transportasi darat; mobil, sepeda motor, angkot, bus kota, bus AKAP, truk, sepeda, bahkan sesekali ada bajaj atau delman nyasar yang lewat. Mungkin hal ini dikarenakan warung kopi ini tepat berada di pinggir ruas jalan pinggiran ibukota yang ramai.
Iseng saja kuperhatikan pengunjung warung kopi yang datang silih berganti. Ada yang menghabiskan sepanjang siang hingga sore hari hanya karena tak mau menghajar panasnya cuaca, ada yang sekedar memesan kopi untuk sekali tenggak lantas melanjutkan perjalanan, ada yang memang niat nongkrong sambil ngopi murah, tapi menurutku yang paling parah adalah mereka yang mampir tapi malah tanya WC dimana.
Kadang kalau punya waktu lebih lama, bisa kusimak pembicaraan para pengendara yang melepas lelah di warung kopi ini. Topik pembicaraannya tak jauh-jauh dari menghujat Presiden, membahas harga bahan bakar yang semakin labil, atau curhat masalah gaji yang tak kunjung ada kenaikan. Tapi yang paling menarik dan sering kucuri dengar adalah percakapan para pengendara motor yang cenderung lebih seru. Terkadang penampilan mereka juga tak kalah seru.
Kemarin aku ingat ada seorang pengendara motor yang gayanya maksimal, ‘RIDER’ banget! Bagaimana tidak, jaket kulit hitamnya melekat sempurna ditubuh laki-laki yang cungkring itu, celana panjangnya tak kalah ketat dengan sejenis rantai yang melingkar di pinggangnya (kemungkinan itu rantai dompet, lah ini kan style jadul yak?), penampilan sempurna itu ditunjang dengan boots yang kelihatan KW tapi kinclong serta sarung tangan kulit yang ada duri-durinya. Orang semacam ini akan muncul dengan helm balap hitam yang mahal, biar kelihatan imbang dengan motor sport-nya yang tak mungkin dibeli cash.
Begitu memarkir motornya di tempat aman, ia akan melangkah parlente ke warung kopi dan memesan kopi yang paling murah dengan gaya segaul mungkin.
“Pesen kopi item satu bro! Nggak pake gula, eh kalo gratis ya boleh lah!”
Meski jelas uangnya pas-pasan, ia akan tetap memamerkan sepeda motor kerennya. Motor 1000cc yang setiap dipacu akan membuat pengendaranya jadi merasa seperti Om Rossi. Aku tak ragu para pemilik motor semacam ini senang ikut balapan liar. Tapi melihat perlengkapan bermotornya dan kostum sempurnanya, aku sempat mengira dia pengendara yang cukup peduli pada safety.
Bayanganku langsung buyar dan aku kecewa ketika sempat mendengarnya bercerita dengan bangga bahwa ia kerap memacu sepeda motornya di atas kecepatan rata-rata yang diperbolehkan di jalan raya dalam kota.
“Yang penting kan gue safety bro… Pake jaket, pelindung tangan, sepatu, helm…” pengendara ini komat-kamit pamer pada lelaki muda lainnya yang nampaknya sok paham.
‘Tuh kan bener dia pasti hobi balapan juga! Safety dari Hongkong Mas?! Caramu nyetir motor itu lho yang nggak safe sama sekali!’ Ingin rasanya aku mengomel di hadapannya tapi apa daya aku hanya bisa mencibir dalam hati.
Di lain kesempatan, aku ingat betul sedang bergeming di warung kopi yang sama, tapi menghadap persimpangan jalan dimana ada lampu lalu lintas yang acapkali mati sehingga menimbulkan kericuhan. Maka dari itu, beberapa kali ada polisi lalu lintas yang ditugaskan mengatur traffic di sana. Aku sih, senang-senang saja melihat situasi semacam ini. Kalian tahu kenapa? Karena aku sering menonton adegan drama antara polisi dan pengendara yang kena tilang.
Yap. Keberadaan polisi lalu lintas seringkali menjadi momok bagi para pengendara. Dibandingkan pengendara mobil atau supir angkutan umum, para pengendara sepeda motor lebih sering tertangkap basah sedang melanggar peraturan. Entah itu yang sudah tahu tapi sengaja melanggar, atau mereka yang memang bawa motornya ‘ngawur’. Aku saja tahu bahwa rambu lalu-lintas itu bukan sekedar pajangan. Entah kenapa masih ada saja yang nekad melanggarnya.
Lamat-lamat kudengar bunyi peluit dan keributan kecil di lampu merah. Ada pengendara motor yang sedang apes, tertangkap oleh polisi lalu lintas yang sedang piket hari itu, seorang polwan berperawakan tinggi besar sementara yang tertangkap adalah bocah-bocah berseragam SMP yang sedang boncengan bertiga. Entah orang-orang terinspirasi lagu dangdut atau apa, yang jelas aku tahu apa sebutan bagi pelanggar lalu lintas semacam ini, ‘cabe-cabean’.
 Percakapan mereka lalu bisa kusimak setelah ketiga pelanggar cilik itu diseret ke pos polisi yang tak jauh letaknya dari warung kopi.
“Adek tahu salahnya apa?!” Aku mendengar suara ibu polwan yang menggelegar itu dan sedikit gentar, padahal bukan aku yang sedang diinterogasi. Bisa kulihat pula tiga anak SMP yang menciut di samping sepeda motornya.
“He…helm…helmnya kurang satu Bu…” Si anak yang paling tinggi berusaha memberikan klarifikasi tapi gagal.
“YA JELAS HELM NYA KURANG SATU! KAN KALIAN BONCENG TIGA!” si ibu polwan muntab, salah satu anak mulai menangis, aku curiga yang dua lagi hampir kencing di celana karena gugup.
“Tak ada surat-surat juga! Mana STNK motor kau? Belum lagi kalian masih kecil-kecil pulak! Mana mungkin punya SIM! Dan kenapa pulak orangtuanya kasih saja motor, kan banyak kendaraan umum! Bah!”
Ada sekitar setengah jam lebih si ibu polwan mendaftar poin-poin pelanggaran yang dilakukan anak-anak itu. Hingga akhirnya adegan itu berakhir dengan tiga anak sekolahan itu pulang naik angkot karena motornya ditahan, belum lagi dapat bonus surat tilang. Wajah mereka pucat pasi, bukan karena habis disemprot habis-habisan oleh ibu polwan, tapi karena membayangkan omelan mamak nya di rumah. Kasihan sih. Tapi bagiku, mereka pantas mendapatkan peringatan semacam ini. Berhubung memang salah dan sudah membahayakan jiwanya sendiri juga orang lain, mungkin saja kan waktu mereka naik sepeda motor bertiga ada salah satu yang jatuh, atau parah-parahnya motor oleng dan mencelakakan pengendara lain. ‘Ah, anak jaman sekarang memang labil!’
Kadang aku juga bertanya-tanya, orangtua yang memberikan izin anak-anaknya mengendarai motor itu apa sudah memikirkan resikonya matang-matang. Jangankan ujian SIM dan lulus tes membaca tanda lalu lintas, sebagian besar anak-anak itu badannya kalah besar dengan motor yang dikendarainya. Sudah begitu tetap saja para remaja tanggung ini hobi memacu motornya kencang-kencang, ikut konvoi, dan terkadang sering gaya tak mau pakai helm, alasannya cuma mau ke warung yang dekat.
 ‘Lah, kalau dekat ya jalan kaki saja lah Dek!’ Aku mengomel dalam hati lagi.
*********
Dari hasil pengamatanku, kasus pelanggaran lalu lintas yang paling sering dijumpai tapi lebih banyak luput dari tindakan para polisi adalah menerobos lampu merah. Hampir seluruh kalangan pengguna sepeda motor pernah sengaja ataupun tidak sengaja karena ‘kepepet’ menerobos lampu merah.
Bila harus kujelaskan, kronologisnya sederhana saja.
1)      Lampu lalu lintas yang sudah berubah hijau hanya punya waktu singkat, kadang ada keterangan waktu di lampu lalu lintas, tapi lebih seringnya tidak ada;
2)      Para pengendara ngebut begitu melihat lampu masih hijau;
3)      Waktu untuk rambu lampu hijau sudah hamper habis, pengendara cemas;
4)      Karena malas berhenti atau sedang buru-buru, atau memang iseng, kendaraan bermotor suka ‘bablas’ ketika lampu hijau baru saja berubah jadi merah.
Hanya selisih sepersekian detik memang, tapi mari kita umpamakan kalau tiba-tiba ada kendaraan dari arah lain melintas, bisa terjadi kecelakaan fatal. Apalagi seringkali ada motor yang senang mencuri start duluan sebelum lampu hijau benar-benar menyala. Sudah klop lah bahayanya karena tabiat orang Indonesia memang sudah kurang taat peraturan seperti itu.
Masih ada banyak lagi jenis pelanggaran lalu lintas yang pernah kujumpai. Sekali lagi aku tekankan ya, bukan aku yang melanggar.
Salah satu pelanggaran yang paling ‘hits’ di ibukota adalah masuk jalur busway. Busway sendiri adalah jalur khusus yang dibangun pemerintah sejak ada kendaraan umum berupa bus Trans yang memiliki trayek dan jalur sendiri. Anehnya, meski sudah ada larangannya, tetap saja jalur ini dijejali kendaraan lain. Mobil pribadi, angkot, bahkan sepeda motor sering merangsek masuk jalur ini. Tujuannya tentu saja untuk menghindari kemacetan yang mengular.
Bayangkan saja bila ada bus Trans yang melaju kencang menuju ke haltenya di jalur busway, sementara ada sepeda motor yang tiba-tiba berada di jalur itu. Sudah kerap kali masuk berita, ada pengendara motor yang terlindas bus di jalur busway. Lagi-lagi itu salahnya sendiri, ‘Salah jalan broo…’.
Tak ada habisnya aku mengenang peristiwa semacam ini. Mungkin ada yang menganggapnya tidak penting. Tapi aku menjadikan hal-hal ini sebagai pelajaran di jalan raya. Demi keselamatan diri sendiri dan pengendara lain tentunya. Karena setelah aku amati, jangankan mereka yang melanggar lalu lintas, orang-orang yang taat peraturan serta selalu mementingkan keselamatan dalam berkendara, masih bisa juga terkena musibah kecelakaan lalu lintas di jalan.
Dari hasil sedikit baca-baca surat kabar, aku tahu bahwa menurut Data Kepolisian Republik Indonesia tahun 2014, sepanjang tahun lalu jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 31.234 jiwa. Dan sebesar 70% kecelakaan di jalan raya itu, melibatkan pengendara sepeda motor.
Beragam jenis penyebab kecelakaan lalu lintas, entah itu ketidakdisiplinan dalam memakai alat pelindung diri saat berkendara, rendahnya ketaatan terhadap peraturan lalu lintas, fisik yang kurang fit saat berkendara, tidak serius atau bercanda selama berkendara, bahkan bisa jadi tindakan kriminal seperti mabuk pada saat berkendara. Semua itu berawal dari keteledoran satu pengendara, namun akhirnya mengakibatkan kecelakaan beruntun yang fatal.
Bukan bermaksud sok tahu, tapi tak semua orang tahu akan fakta-fakta ini. Walaupun ada yang tahu, di mataku sebagian besar orang sudah terbiasa mengabaikannya. Miris.

*************
Hari ini cukup sudah pengamatanku dari warung kopi pinggir jalan. Aku bersiap untuk melanjutkan perjalanan saat kulihat ‘pengendara’ku sudah meraih jaketnya dan memakai sarung tangan. Lantas meraih helm full-face yang digantungkannya pada gagang spion ku.
Ya, aku adalah sebuah sepeda motor matic yang dengan setia menemani pengendaranya menyusuri jalanan ibukota, mencari nafkah. Mungkin seharusnya kuperkenalkan dulu pemilikku ini sejak awal. Ia adalah seorang pemuda yang polos, rajin bekerja sebagai sales produk makanan, taat beribadah, masih jomblo dan tentunya sangat mengutamakan keselamatan berkendara.
Yang kutahu, ia selalu mengenakan perlengkapan standar pengendara bermotor. Helm SNI, jaket, sarung tangan, sepatu yang nyaman, kadang juga masker bila polusi udara sudah tak tertahankan. Ia juga selalu merawatku dengan baik. Membersihkanku meski kadang kala tak ada waktu, mengantarku ke service dealer tepat pada waktunya, selalu mengecek tekanan ban sebelum bepergian, dan ia bahkan selalu berkomitmen untuk mengisiku dengan bahan bakar yang berkualitas.
Pemilikku juga seorang yang paham dan tertib lalu lintas. Ia lulus ujian SIM C dengan  melalui ujian tertulis dan praktik. Surat-surat kendaraan selalu diperbaharui sebelum jatuh tenggat masanya. Dalam berkendara pun ia orang yang santun. Tak pernah ia membawaku menerobos lampu merah, atau menyalip dari sisi yang salah. Tak pernah pula ia ikut kebut-kebutan dan masuk ke jalur busway meski menghadapi macet di depan mata.
Mungkin orang seperti ini sudah sangat langka di ibukota. Yang pasti, aku sangat bangga menjadi sepeda motornya dan aku berjanji dalam hati, akan menjadi sarana transportasi yang berguna baginya. Semoga saja aku panjang umur ya, supaya tetap aman dipakai oleh anak cucunya nanti.
***********
Sekali lagi aku memperkenalkan diri.
Aku adalah sebuah sepeda motor matic yang senang memperhatikan keadaan lalu lintas di sekitarku. Setiap kali berpapasan dengan sesama kendaraan lain, terutama sepeda motor dengan beragam jenis, variasi, dan merk, kami seringkali hanya sempat bertukar senyum.
Meski di masa depan jumlah kendaraan akan semakin meningkat, aku selalu berharap tingkat kecelakaan lalu lintas tidak akan ikut meningkat. Tentunya itu bila didukung dengan kesadaran oleh para pengendaranya. Sayang kami tak bisa mengatakan hal ini pada pengendara dan pemilik kami. Kami hanya bisa  merasa bersalah karena dituding menyebabkan kemacetan, kepadatan dan kecelakaan lalu lintas.
Bukankah kalian yang menciptakan kami, menjual kami, dan menjadikan kami moda transportasi? Tidak. Kami tidak menyalahkan kalian para pengendara. Namun, andaikan saja semua pengendara sama seperti pemilikku ini, maka lalu lintas di ibukota dan kota lainnya di Indonesia pasti bisa menjadi lebih tertib, aman dan nyaman.
Jangan salah kawan. Kami juga punya hati. Dan ini mungkin bukan hanya suara hatiku, tapi juga suara hati sepeda motor dan kendaraan lain.
Karena kami satu hati.

:))

Jumat, 26 Juni 2015

Susah Move On 2 ( SCHOOL 2015 - Who Are You )

Alhamdulillah yah...

Kemarin habis pulang dapat stok drama korea lagi.
Ini salah satu yang aku penasaran banget.

Selain karena para pemainnya aku sudah cukup familiar dan nggak sengaja dengar original soundtracknya, dari segi cerita juga... kayaknya cukup menarik.

So... let's check this out!

~SCHOOL 2015 - Who Are You~ (get ready for the SPOILEERRRR :p)


Bagaimana kehidupan sekolah terutama anak SMA di tahun 2015?

Cerita berawal dari kisah pembullyan di sebuah sekolah putri di Tonggyeong, SMA Nuri.
Lee Eun Bi, seorang gadis yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan bernama Rumah Cinta, sering mengalami pembullyan di sekolahnya.

Tidak tanggung-tanggung, pembullyan yang dilakukan secara fisik dan mental itu bahkan berlanjut hingga ke kehidupan sehari-hari Eun Bi di rumah cinta.
Eun Bi yang tak ingin membuat adik-adik asuhnya di panti khawatir berpura-pura bahwa semua itu hanyalah candaan antar teman sekelas.


Keadaan semakin memburuk hingga Eun Bi dituduh menyakiti teman sekelasnya dan dikenakan sanksi dikeluarkan dari sekolah.

Kisah berpindah ke Seoul.

Seorang anak gadis bernama Go Eun Byul sedang menyiapkan perjalanan wisata sekolahnya ke Tonggyeong. Hari itu murid kelas 2-3 SMA Sekang, akan melakukan karyawisata bersama.
Eun Byul mengucapkan selamat tinggal kepada ibunya yang sangat menyayanginya dan selalu mendampinginya, lantas bergabung dengan teman-temannya.

 

Sepanjang perjalanan Eun Byul sibuk mendengarkan laporan berita radio tentang perlombaan renang nasional 400 meter yang sedang berlangsung.

Ia sedang memikirkan Han Yi An, sahabatnya sedari kecil yang sedang berkompetisi. Yi An adalah seorang atlet renang berbakat meski kehidupan ekonomi keluarganya tidak seberuntung Eun Byul.

Perjalanan karyawisata itu tadinya berjalan normal. Namun sesuatu yang aneh terjadi. Di akhir perjalanan mereka, satu orang siswa menghilang. Keadaan menjadi panik saat teman-temannya menyadari bahwa Eun Byul tak lagi ada bersama rombongan. Sejak awal memang Eun Byul sering bersikap aneh. Meski sejak awal memang ia sangat kasar dan cuek, tapi hari itu Eun Byul menghilang tanpa memberitahu siapapun.


Di hari yang sama, Eun Bi si gadis yatim piatu sedang bersedih hati di atas jembatan. Eun Bi yang merasa hidupnya sangat berat pun memutuskan mengakhiri hidupnya dan menenggelamkan diri ke sungai.


Pencarian Eun Byul berujung kepada polisi. Sampai akhirnya ditemukan seorang gadis yang tergeletak di sisi sungai. Setelah dipastikan sendiri oleh guru, teman-teman, dan ibu yang mengenali scarf dipakaikannya sebelum berangkat, maka gadis itu diyakini adalah Eun Byul.


Meski demikian, Eun Byul ternyata mengalami amnesia. Ia tak mengenali ibunya, dan Han Yi An, sahabatnya. Saat itu Eun Byul yang bertemu salah seorang teman sekolahnya yang aneh, Gong Tae Kwang, ia tak juga mengenalinya.


Gong Tae Kwang adalah anak yang sering disebut sakit jiwa bahkan oleh ayahnya sendiri. Ia sebenarnya adalah putra kepala sekolah SMA Sekang, namun tak ada yang mengetahuinya. Saat pertama melihat Eun Byul di rumah sakit, ia langsung merasa ada yang berbeda dengan teman sekelasnya itu. Ia pun tertarik padanya.

Selain hal aneh itu, di rumah sakit Eun Byul bertemu dengan Kang So Young, gadis yang sering membully Lee Eun Bi. Merasa melihat Eun Bi, gadis ini langsung menjambak dan meneriakinya. Ibu Eun Byul sangat marah melihat hal itu. Namun karena Eun Byul tidak mengenalinya, mereka mengabaikannya. So Young lalu minta maaf karena merasa salah orang.

Kehidupan Go Eun Byul kembali seperti biasa, ia masuk sekolah, belajar, dan bertemu teman-teman yang tak dikenalinya sama sekali. Mereka pun merasa Eun Byul yang ini sangat berbeda. Ia rajin, pintar dan lemah lembut. Meski demikian sahabat-sahabat Eun Byul tetap berbaik hati membantunya mengingat hal-hal yang biasa ia lakukan.


Namun Eun Byul yang hilang ingatan harus menghadapi banyak masalah, baik itu masalah teman sekelasnya yang ternyata merasa dibully dan diperas oleh Eun Byul dan teman-temannya. Hingga masalah berupa teror SMS dari seseorang yang bernama Soo In.

Pesan itu tak hanya mengganggunya namun juga mengganggu gurunya. Entah ada masalah apa yang ada di masa lalu, yang jelas Eun Byul tahu bahwa Soo In sudah meninggal setahun silam.

Lantas siapa yang mengirimkan SMS misterius itu?

Eun Byul masih berusaha memecahkan misteri-misteri yang tak diingatnya sama sekali sementara berbagai masalah baru muncul. Ingatannya perlahan-lahan kembali. Namun anehnya, ingatan yang muncul bukanlah ingatan kehidupan seorang Eun Byul yang menyenangkan, tapi ingatan kejadian pembullyan yang sangat menyiksa.

Hari itu, ketika sedang bermain dengan Yi An, Eun Byul terpeleset ke kolam renang. Mendadak ingatannya kembali. Ternyata ia adalah Lee Eun Bi.

Eun Bi mengalami dilema setelah mengetahui bahwa ia adalah kembaran dari Go Eun Byul.
Ia pun kembali ke Tonggyeong dan mendapati bahwa Lee Eun Bi telah dinyatakan meninggal tenggelam di sungai, namun itu berarti Go Eun Byul lah yang sebenarnya meninggal.

Mau tak mau kini ia harus hidup sebagai seorang "Go Eun Byul". Karena Ibu yang mengetahui bahwa gadis yang selamat itu bukanlah putrinya, tetap menginginkannya tinggal bersamanya sebagai Eun Byul.
Itu membuat Lee Eun Bi harus berbohong kepada semua orang, termasuk Han Yi An.

This is my favourite scene actually... Kyaaaawww XD


Kebohongan Eun Bi tak bertahan lama, Gong Tae Kwang yang selalu memperhatikannya akhirnya tahu bahwa ia bukan Go Eun Byul.

Namun Tae Kwang justru membantu Eun Bi untuk bisa meyakinkan teman-temannya bahwa ia adalah Eun Byul yang biasanya, yang selalu kasar, galak, percaya diri, namun tegas dan berkuasa di sekolah.
Ini dilakukannya terutama ketika Eun Bi harus bertemu lagi dengan si ratu bully SMA Nuri dari Tonggyeong, Kang So Young.

Karena kasus kematian Lee Eun Bi sudah tersebar, So Young pun dipindahkan sekolah ke Seoul. Sayangnya ia justru harus bertemu dengan Go Eun Byul yang wajahnya mirip Lee Eun Bi.


Pada akhirnya So Young yang sangat membenci Lee Eun Bi tak lagi peduli siapa sesungguhnya orang yang ditemuinya itu. Yang ia inginkan hanyalah membuat baik Lee Eun Bi, ataupun Go Eun Byul dan orang-orang di sekitarnya menderita.

Kehidupan sekolah Lee Eun Bi dan kawan-kawannya masih berlanjut.
Banyak hal yang terungkap, latar belakang Go Eun Byul dan Lee Eun Bi, penyebab kematian Soo In yang terus meneror mereka, masa kecil Gong Tae Kwang, penyebab sikap buruk Kang So Young, juga hubungan Go Eun Byul dan Han Yi An.

Bagaimana kisah cinta antara Lee Eun Bi, Han Yi An dan Gong Tae Kwang?

Kalau jadi Eun Bi , mau pilih Han Yi An sahabat kecil yang perhatian...


atau Gong Tae Kwang pelindung yang ternyata lembut hatinya...
Kyaaaaa aku mau pilih yang manaaaaa XD

Bagaimana pula jadinya kalau Go Eun Byul datang kembali? O.O''

Mungkinkah orang yang sudah mati hidup lagi???

Pokoknya kalian harus nonton drama ini. :D (rekomendasi aku loh yaaa, kalo nggak mau nonton juga gapapa...disimak aja. wkwkwkwkw).

Ost-nya yang judulnya 'Reset' juga dapet banget feelnya T.T.....

*Nih aku kasih link ost. nya... hahahah
https://soundcloud.com/l2share-6/tiger-jk-reset-feat-of-mad-soul-child-who-are-you-school-2015-ost

*yang ini juga baguuss.... T^T uhuhuhuhu
https://soundcloud.com/l2share-6/baechigi-feat-punch-who-are-you-school-2015-ost

********

Kisah School 2015 ini tak sepenuhnya real seperti kehidupan sekolah kita.
Meski demikian, banyak pesan bagus yang tersirat di luar kisah kehidupan pribadi Lee Eun Bi dan Go Eun Byul.

Misal, kepercayaan sahabat-sahabat Go Eun Byul yang sangat sulit digoyahkan.


Lalu prinsip orang tua yang seringkali memaksakan kehendak agar anaknya berprestasi secara akademis, sampai tak tahu apa yang sebenarnya diminati anak itu.

Atau orangtua yang sesungguhnya menyayangi anaknya, namun perhatiannya terhalang kondisi perceraian rumah tangga.


Dan yang paling penting menurutku adalah kisah bagaimana anak-anak sekolah punya mimpi yang ingin diraih. Entah itu mimpi masuk universitas favorit, mimpi jadi atlit nasional, mimpi jadi model, atau mimpi belajar ke luar negeri.

 
"Mungkin mimpi-mimpi itu tak bisa dicapai sekarang, tapi jangan khawatir dan putus asa, teruslah bangkit mencoba, karna kita masih SMA."

-Go Eun Bi- (SCHOOL 2015)









Minggu, 21 Juni 2015

Susah Move On 1 (Drama Korea - PINOCCHIO)

Kyaaaaaa....


Bener-bener sudah lama nggak posting.

Baiklah, sekali ini langsung posting tentang kisah yang nempel di hati untuk waktu yang lama.

Bukan.... bukan soal cinta segitiga yang dulu... (yang mana emang? hahah).

Tapi ini tentang salah satu drama korea yang aku ikuti di tahun 2015.


Judulnya agak 'dongeng' banget untuk sebuah kisah yang nggak ada unsur fairytale nya sama sekali.

PINOCCHIO

Drama ini mengisahkan kerasnya hidup di dunia broadcasting pertelevisian (dunia yang dulu aku pingiiiiinn banget bisa terlibat di dalamnya). Tepatnya sih tentang kerasnya hidup di belakang layar pertelevisian, kisah perjuangan menjadi seorang reporter.
 






Cerita berawal dari flashback kisah seorang pemadam kebakaran teladan yang difitnah melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan kecelakaan fatal bagi seluruh regu pemadam. Anehnya, ada seseorang yang merasa mengenal Ki Ho Sang, si kepala pemadam kebakaran ini, dan melihatnya berpapasan di jalan. Sehingga orang-orang menganggap Ki Ho Sang masih hidup sementara ia meninggalkan regu pemadamnya tewas.

Kesaksian ini diperkuat fakta bahwa si pelapor adalah seorang Pinocchio.

Dalam kisah ini dikisahkan Pinocchio adalah suatu sindrom dimana seseorang tidak bisa berbohong, Bila ia mengatakan kebohongan, ia akan terus cegukan sampai ia berkata jujur lagi. Jadi bisa dipastikan semua hal yang dikatakan seorang Pinocchio adalah kebenaran.

Kasus kebakaran ini pun diakhiri dengan hancurnya keluarga Ki Ho Sang dikarenakan pemberitaan media yang sepenuhnya menyalahkan pria ini. Istri Ki Ho Sang bunuh diri bersama putra bungsunya, Ki Ha Myung. Sementara itu putra sulungnya, Ki Jae Myung hidup dengan dendam terhadap para reporter televisi, terutama reporter ternama dari MSC TV, Sung Cha Ok.

***********

Kisah berlanjut dengan kehidupan sekolah seorang gadis yang hidup dengan sindrom Pinocchio, Choi In Ha. Ia bersekolah di SMA yang sama dengan 'paman' nya, Choi Dal Po.

Dal Po tinggal bersama keluarga In Ha karena ia mengaku hilang ingatan saat masih kecil, dan hidup bersama kakek In Ha. Ketika In Ha dan ayahnya pindah bersama kakeknya, mereka pun mulai tinggal bersama.  Dengan status sebagai paman dan keponakan, meski sebenarnya mereka sebaya.


Dal Po sendiri tumbuh menjadi pemuda yang tampak asal-asalan, meski sesungguhnya ia sangat jenius. In Ha sendiri baru mengetahuinya ketika Dal Po mengikuti sebuah ajang kecerdasan di YGN TV demi membela In Ha. Tak ada yang menyangka seorang Dal Po yang merupakan siswa dengan rangking terendah di sekolah bisa melawan si juara kelas.


Meski mereka paman dan keponakan, Dal Po sudah mengetahui bahwa sejak awal ia punya perasaan ingin selalu melindungi In Ha.

 In Ha memiliki ibu seorang reporter ternama di MSC TV, sehingga ia juga bercita-cita mejadi seorang reporter. Sejak lulus sekolah, Ia pun bekerja keras untuk menjadi reporter, namun berkali-kali gagal, karena setiap kali diuji, In Ha hanya bisa berkata jujur, padahal terkadang ada saat reporter harus mengarang suatu hal, meski tak selamanya itu adalah kebohongan. Tapi In Ha yang seorang Pinocchio tetap mengalami kesulitan.

Sampai suatu hari, Dal Po memutuskan berjuang bersama In Ha untuk mengikuti rekruitmen menjadi reporter di YGN. In Ha sudah berusaha sangat keras agar sindrom Pinocchio nya tidak diketahui penguji. Namun di tahap selanjutnya, Dal Po tidak sengaja membongkar sindrom Pinocchio In Ha.
Dal Po kemudian dinyatakan lulus sebagai reporter magang di YGN, sementara In Ha gagal lagi.


Pada saat itu persaingan setiap instansi televisi sedang sangat ketat. MSC yang ratingnya tertinggal tiba-tiba tertarik untuk merekrut In Ha sebagai ikon 'kejujuran' MSC. In Ha pun masuk dengan bantuan dari ibunya yang ternyata adalah Sung Cha Ok.  Bersama In Ha juga direkrut seorang laki-laki yang merupakan putra tunggal pengusaha kaya, Seo Bum Joo.
Bum Joo sendiri sudah mengenal In Ha sejak kecil secara tidak sengaja, dan terus memperhatikan gadis itu. Ia juga mau masuk di MSC dan bekerja sebagai reporter hanya untuk mendekati In Ha.



Selanjutnya, dimulailah kisah perjuangan In Ha dan Dal Po yang bekerja sebagai reporter di dua stasiun TV ternama yang bersaing mendapatkan berita.


Mulai dari harus tinggal di kantor polisi untuk memburu berita kriminal yang langsung dilaporkan ke kantor pusat, hingga terjun langsung ke lapangan meski kondisi cuaca tidak memungkinkan.


Berbagai macam kasus terkuak sepanjang perjalanan mereka menjadi reporter. Hingga terbongkar kasus lama mengenai kebakaran yang melibatkan ibu In Ha sebagai reporter yang melaporkan kejadian itu, serta mempertemukan Dal Po dengan Ki Jae Myung, kakaknya.
Saat itu pula akhirnya In Ha tahu bahwa Choi Dal Po yang selama ini menjadi pamannya adalah Ki Ha Myung, putra bungsu korban kebakaran bertahun-tahun silam.

Kisah Pinocchio dibumbui percintaan manis antara Dal Po dan In Ha yang diselingi juga kejadian-kejadian lucu dengan teman-teman reporternya. Yang menunjukkan bahwa jadi reporter itu tidak gampang.



Juga masih terasa pesan-pesan seputar keluarga dari berbagai tokoh, entah itu keluarga In Ha, ibu, ayah, dan kakeknya.

 Keluarga Dal Po (Ki Ha Myung) dan kakaknya, Ki Jae Myung.



Bahkan juga keluarga Bum Joo yang kaya raya.


Meski tidak semua kisah berakhir sempurna, Pinocchio mengajarkan kita bahwa tetap akan ada hal yang harus dikatakan sejujur-jujurnya. Dan apapun itu, berkata jujur pasti lebih baik bukan?

Apakah In Ha akan berhasil menjadi seorang reporter dengan sindrom Pinocchio nya?
Apa Dal Po bisa hidup bahagia dengan menemukan jati dirinya?



Silakan ditonton sendiri dramanya... :D

Cocok buat yang suka broadcasting dan jurnalisme.

Cocok juga buat yang suka jerit-jerit lihat adegan so sweet...
(spoiler beberapa adegan yang bikin jantung berhenti berdetak sambil cengengesan sendiri... kyaaaaaaa XD)

 Toast-kiss nyaaaa... ngahahahahah kyaaaa XD




XD ini juga adegan yang bikin jejeritaaann... kyaaaaa!!! (tapi nggak relaaaa ToT )



#recommended

***********

Sehabis nonton drama ini, aku sempat kepikiran lagi untuk jadi seorang reporter (inget dulu pernah daftar di Tra*s TV tapi juga gagal... hahahahah In Ha bangetttt deh aku #ngaku-ngaku).

Lalu juga gagal move on selama beberapa minggu sama tampang lucu, ganteng dan bikin ngilernya Jong Suk oppaaa.... XD




Padahal Pinocchio yang ini bukan fairytale... hahhhhhh... keep dreaming girls. Haha. ;)