Tahukah anda apa yang akan terjadi ketika 7 cewek dengan
kepribadian berbeda disatukan bersama 11 orang cowok dalam satu team? Ya
jadinya CT-1 macam kami ini. Tapi untuk saat ini saya nggak akan membahas
tentang cowok.
This is Especially for
you Girls!!!
Pengenalan tokoh (cewek) :
- - (Saya ) Paramitha Susilo Budi Utari
- - Deasy Ratnasari
- - Meiswita Romalawati
- - Mia Rosita Kusumaningrum
- - Irma Meliaki Simamora
- - Dewi Riana Sari
- - Vicky Rahmawati
Well, saya dan 6 orang cewek tersebut, yang memutuskan untuk
berdedikasi di program CT nya Garudafood sejak Januari lalu telah mengalami
banyak pengalaman dan melewati banyak kisah. Saya nggak mau mengangkat 7 cewek
CT-1 secara personality sih, saya Cuma pengin share bagaimana lika-liku
kehebohan kami tinggal bersama selama satu setengah bulan.
Sebenarnya kisah kami biasa saja. Sejak pertama kisah kami
di mulai dikos dan berakhir dikos juga (hiks).
Hari itu setelah penerimaan di Wisma 3 kantor HO, setelah
cukup (lelah) introduction session,
kami cewek dan cowok dibagi menjadi dua kloter terpisah dan diantar menuju
kos-kosan masing-masing. Jadi ceritanya cewek-cewek kosnya gabung jadi satu, dan cowok-cowok juga, tapi kos
kami terpisah lumayan jauh (jadi ngga ada yang bisa stalking kami para cewek, haha).
Sewaktu menuju tempat kos, ada yang aneh, satu cewek nggak
ikut ke kosan di jalan Ismail (sebut saja dia Irma), jadi Cuma ada 6 orang yang
diturunkan di kosan itu. Lalu selanjutnya kami dibagi dua orang sekamar, randomly, dibagi sama Pak Oggy (nggak
tau dia ngebaginya pakai wangsit apa) yang pasti saya dan Deasy sekamar, Mei
dan Mbak Mia sekamar, dan sisanya adalah Vicky sama Mba Dewi (si Irma masih
belom tau kabarnya, setahu kami dia mau kos sendirian, dan akhirnya dicarikan
kos ditempat lain karena dikosan Ismail ini kalau sendiri ngga sesuai plafon
harga).
Acara selanjutnya adalah ‘memilih’ kamar.
KAMAR
Jadi area kamar kami
ada di lantai 2. Dua kamar ada disatu
area yang gabung sama dapur dan ruang tipi, sementara satu kamar yang lain
terpisah agak di pojokan dan ngga ada ruangan tambahan selain lorong sempit
(yang pada akhirnya kami sebut gorong-gorong).
Seingat saya sih waktu itu kami memilih kamarnya dengan cara
suit atau hompimpah gitu… (untungnya si Deasy waktu itu berhasil memenangkan
satu kamar yang posisinya deket area dapur dan ruang tipi, ~horeeeee). Akhirnya
si Vicky dan Mbak Dewi yang kedapatan kamar di area yang terpisah.
--------------momen ini dipotong sebentar karena saya
langsung pergi ke rumahnya temen buat ngambil barang (waktu mendarat di HO saya
nggak bawa barang, karena malu soalnya barang bawaan saya rempong sendiri, ada
2 travel bag, satu koper gede, ransel dan tas laptop).------------------------
Sewaktu saya balik kos buat nyusun barang, kamar saya dan
Deasy masih acakadut, berdebu, posisi kasur masih nggak oke, dan yang bikin
panik ngga ada paku atau gantungan baju di dinding. Saya lalu menengok kamar
seberang, tempatnya Mei dan Mbak Mia – mereka sudah beres-beres ternyata, dan
sudah bikin jemuran sendiri dari tali raffia (saya dan Deasy lalu mengikuti
jejak mereka).
Kami kemudian menginspeksi kamar terakhir, ternyata disana
walaupun jauh sama dapur dan ruang tipi, mereka punya kulkas sendiri cuy!
Walaupun kecil, tapi dinginnya sama aja sama kulkas gede. Dan di kamar mereka
banyak paku buat gantung-gantung di dinding (si Vicky aja langsung nyusun
hanger jilbab dan frame foto -__-‘’).
Oleh sebab privilege itu, kami menyebutnya ‘Kamar
Apartemen’, sementara dua kamar lainnya, Rusunawa 1 dan 2 ( dibilang Rusunawa –
Rumah Susun Sederhana Sewa, karena isi kamarnya Cuma kasur, kipas dan lemari
doang *plus jemuran internal dari tali raffia yang agak ngenes, diiket di
lemari sama di jendela, haha). Oiyah,
satu kelebihan kamar saya dan Deasy, Rusunawa 2, kasur kami dipasangi seprei
dong,hahaha.
Malam pertama kami pun berlalu, beli makan di pinggir jalan,
jajan indomaret, jalan kaki sama-sama, sambil membayangkan si Irma sedang apa,
dimana, sama siapa- kan ngenes banget kalo kami ngekek-ngekek sementara dia
sendirian di kosan terpisah (jangan kawatir sodara-sodara, kisah ini akan lebih
indah nantinya).
Yang saya ingat malam itu adalah, semua beli nasi uduk lauk
lele, Cuma mbak Dewi yang lauknya ayam. Padahal semua yang makan lele pada
nggak mau makan kepalanya, akhirnya lauk mbak Dewi nambah jadi ayam dan
kepala-kepala lele – selanjutnya dia langsung berpikir untuk nggak beli lauk
semisal yang lain beli lele, dia bakal dapat sumbangan kepala gratis kan?
Hahaha).
Besoknya, kami mulai training di kantor HO. Wisma 1.
Berangkatnya penuh lika-liku coy, ini lika likunya beneran loh. Kami jalan kaki
dari kos ke jalan raya lewat jalan Johari. Kalau menurut peta sih jalannya Cuma
satu, tapi emang semacam gang yang belok belok gitu… makanya saya bilang
berliku.
Sebenernya kami dikasih opsi naik angkot atau metromini, tapi
katanya bisa jadi lama banget walaupun deket, soalnya tiap pagi macet, tapi
lama-lama kami sudah biasa jalan kaki, nggak berasa jauh sama sekali kog (ah
masaaa???). Lagian sambil berangkat kami bisa ngitungin kucing dijalan, ngehapal
posisi warteg atau warung, ataupun Cuma ngekek-ngekek geje (kadang dikira anak
kuliahan di akademi sebelah, habisnya kostum kami tiap hari item-putih kecuali
Jumat-Sabtu, untung gak dikira sales kompor---itu nasibnya anak-anak cowok
hahaha).
Masih bicara soal kos, akhirnya si Irma pindah kos bareng
kami, dengan catatan harus ada kamar yang bertiga. Dapatlah kamar Vicky dan
Mbak Wi yang ditambahin si Irma. Saya kurang paham koordinasi mereka gimana,
pokoknya tau-tau posisi kasur mereka jadi ngemper di lantai gitu. Trus yang
awalnya ada 3 kasur, diminimalisir jadi 2 kasur. Pembagian penggunaan kasur ini
digilir, sehari ada yg dapat kasur single (dan dapet gelar NYONYA), trus yang
berdua harus mpet-mpetan satu kasur (untuk posisi tidur saya nggak kuat
ngebahasnya, hahaha, biarlah mereka bertiga yang paham).
Kelakuan anak cewek di kos sebenernya nggak aneh-aneh kog.
Kami kerja, lalu pulangnya jalan kaki sambil beli maem atau jajan
indomaret/alfamart, atau kadang ada yang masak malem bareng Emak (sebutan untuk
ibu sekretaris yang sekos sama kita~ yang selalu masak makan malam buat si Abah
Dadik- bapak sebelah kamar kita).
Trus malemnya pada melakukan kegiatan masing-masing, ada
yang onlen, telponan sama pacar atau keluarga, ada yang nyuci, nyetrika, atau
sekedar ngobrol geje buka-buka materi buat In Class Training (sebenernya
belajar kalau mau ada tes doang, yang rajin belajar Cuma mbak Dewi pula, haha).
Paginya, yang kami lakukan juga itu-itu aja (diluar kalo ada
skedul ujian yah). Bangun, mandi, nyetrika (bagi orang-orang yang belum
nyetrika malemnya, itu saya sih sebenernya, hahaha), sarapan, trus berangkat
kerja lagi.
Ada beberapa poin yang mau saya bahas disini.
MANDI
Untuk masalah bangun dan mandi, kalo di kawasan Kamar
Apartemen saya nggak tau mekanisme nya bagaimana. Yang pasti kalau di rusunawa,
urutan mandi dan bangun itu selalu sama.
- Mbak Mia bangun , solat subuh, lalu mandi.
- Disusul Deasy, bangun , solat , lalu mandi
- trus saya bangun buat solat kalau si Deasy sudah solat, tapi terus saya tidur lagi, hahaha.
- Trus kalau si Deasy udah manasin air buat bikin susu, saya bangun beneran.
- Saya sama Deasy biasanya sarapan bareng, bedanya dia sudah mandi, saya belom.
- Lalu kemudian si Mei akan kroscek, mita sudah mandi atau belum. Lalu dia mandi.
- Mei walaupun sudah mandi, gak akan buru-buru dandan kalau mita belom mandi, artinya dia belom telat.
- Kalau mita mulai mandi, mei dandan (sebenernya lama ngeringin sama styling rambut sih)
- Trus habis mandi mita nyetrika baju yang mau dipake, yang lain dandan. (pada tahap ini biasanya anak-anak Apartemen lagi sarapan pakai nasi dengan lauk malemnya ato masak lauk cepet saji pagi-pagi, macam telor, mie atau nugget)
- Kalau anak Rusunawa sudah siap berangkat, biasanya anak Apartemen lagi rempong dandan di kamarnya, lalu kami jalan duluan.
- (tapi tau-tau biasanya mereka nyalip kita dijalan sambil pose ala supermen tangan terkepal, diacungkan tinggi-tinggi sambil jerit “THE POWER OF RICEEEE !!!! -____-‘’ engkrik…)
- Pernah sih anak Apartemen yang berangkat gasik (ceritanya giliran TA--Titip Absen elektronik kantor)
- saya pernah juga didaulat berangkat duluan, tapi begitu saya siap gasik, yang lain ikutan lebih gasik, gagal deh misi pembawa tugas TA… -____-‘’
Bicara soal menu sarapan…
SARAPAN
Sebelumnya sudah saya bilang kan, anak Apartemen itu (baca:
Irma, Mbak Dewi, Vicky). Tiga-tiganya itu selalu (kalau bisa) makan nasi tiap
pagi. Kalau nggak, mereka bakal lemas lunglai kurang motivasi berangkat kerja.
Dan kalau sudah makan nasi, biasanya suara mereka langsung kenceng, berisik, jalannya
ngebut, dan langsung gak bisa diam, makanya saya sebut mereka CACINGAN (kan
katanya anak kecil kalo gak bisa diem itu gara-gara cacingan,,, haha). Kalau
saya sendiri memilih nggak makan nasi karena gak suka terlalu kenyang
pagi-pagi, bikin ngantuk (nggak makan nasi aja kalo pagi di kelas suka ngantuk…
hahaha)
Gaya hidup Apartemen banget sama Rusunawa. Kami kalo sarapan
selalu secukupnya, semaunya dan seadanya.
- Mbak Mia setahu saya nggak pernah sarapan kcuali weeken, paling juga dia minum susu kotak, itupun jarang banget.
- Si mei selalu makan roti (kadang gak Cuma buat sarapan, malam makannya juga sering roti).
- Deasy kadang makan mie kalau lagi mood, atau kalo cacing diperutnya lagi ngamuk.
- Si Deasy dan saya, sering beli roti di Indomaret, lalu bikin susu. Bedanya, saya punya side menu sarapan selain roti, yaitu Sereal.
Nggak tau si ‘sereal’ ini salah apa ya sodara-sodara… yang
jelas, saya sering dibully gara-gara dibilang berkasta rendah di kosan tapi
sarapannya elit sendiri (walaupun begitu saya yakin, karena makan sereal ini,
saya terbebas dari energy berlebih pagi-pagi, jadi saya nggak CACINGAN macam
anak apartemen hahahah)
*THE POWER of RICE !!
THE POWER OF CEREALLL !! THE POWER of BREAD!!* (inget posenya kan???)
Ngomoong-ngomong soal sereal tadi , masih nyambung sama
kasta dan pem-bully-an di kosan cewek. Tapi tolong jangan bayangkan pem-bully-an disini itu main
fisik apalagi kriminal. Pem-bully-an disini lebih mengarah ke pembentukan
mental dan kreativitas (APA???) hahaha.
kalau lagi gaul |
KASTA
Penyusunan kasta ini sangat nggak jelas dan ujug-ujug semua
jadi punya peran dan nama samaran masing-masing (diakibatkan tugas di kelas,
itu loh yang bikin matriks penyelesaian masalah taksi yang nama tokohnya
‘kasmin,djoko,dll’—nah tiap tokoh ini ada nama istrinya dan itu jadi sebutan
local buat cewek-cewek CT-1 … engkrik sekali bukan… -___-‘’ )
Posisinya bisa saya share secara sederhana sebagai berikut
(ini fiktif belaka tapi dalam kehidupan kami ini berlaku) :
Dari yang tertinggi ke yang terendah (hiks) :
- NYONYA Aminah (mbak Mia)
- Asisten Nyonya (Mba Wi)
- ONYON 1/Ijah (Irma) & ONYON 2 (Vicky)
- MASTUN (Deasy)
- RATMI (Mei)
- VIVI (guehhh??!!!)
Darimanakah penggolongan kasta itu… semua terjadi seiring
berjalannya waktu gais… Tapi
kronologisnya lebih banyak dijelaskan di meja makan.
- Mbak mia selalu masak, dia adalah nyonya kami, yang paling bijak, dan paling keibuan. Jadi dia NYONYA Aminah.
- Si Nyonya punya asisten, biasanya kerjaannya belanja bahan makanan buat ngisi kulkas sama si Emak Ardin, dialah Mbak Dewi.
- Mbak Dewi selalu dengan senang hati membully dua orang roommatenya, jadi dia punya dua orang ONYON kesayangan, ONYON 1 Irma, ONYON 2 Vicky.
- ONYON-onyon ini biasanya bantu mbak Dewi masak, ato kadang bantu nyiapin makanan kalo dah mateng, walopun si Vicky jarang makan malam.
- Si Deasy bisa bertugas ngulek sambel ato preparing masak juga, tapi dia bisa disuruh-suruh (baca dimintain tolong) ini itu sama Mbak Wi maupun onyon-onyonnya, jadilah si MASTUN = Deasy bawahannya mereka
- Kalau udah selesai makan, saatnya orang-orang yang gak bantu masak melakukan tugasnya. Beres-beres meja dan cuci piring . Dan ini biasanya dilakukan oleh Deasy dibantu Mei (sebenernya ini pendelegasian tugas, dan biasanya Mei mau disuruh Deasy, jadilah dia RATMI=Mei, bawahannya MASTUN)
- Parahnya, saya yang tugasnya geje, tapi selalu ikut makan, bakal bingung mau ngapain, jatohnya jadi bantuin si Mei nyuci dan nyusun piring bersih… (di mata yang lain, saya ini Asistennya RATMI, makanya kasta saya paling bawahhhh, dan saya dipanggil VIVI … si Downgrade, si Obsolete… T-T)
Kamus istilah:
Downgrade : penurunan posisi/grade dari yang tadinya tinggi ke
rendah, kalo di saya, yang terjadi adalah penurunan image, dari yang awal cool,
tenang, kalem, semakin lama jadi geje, telmi dan lemot. (ini kog saya
menurunkan image diri sendiri yah)
Obsolete : Real artinya adalah dokumen kadaluarsa yang sudah tidak
digunakan di perusahaan (gak tau kenapa mbak Wi suka tiba-tiba ngecap saya
OBSOLETE !! gitu…)
Walaupun saya bergelar kasta
terendah, tapi saya punya obsesi tinggi untuk jadi NYONYA. Soalnya sama
anak-anak cewek saya dinilai gak pantes buat bantuin kerjaan rumah tangga.
Saya nggak pernah masak (bantuin
sih sering), saya dulunya males nyuci, saya kalau nyetrika gak rapid an lama
banget (saya pernah nyetrika kira-kira 10 lembar dari si Deasy tidur siang,
sampe dia bangun, itu hampir 2 jam, dan belum selesai). Pokoknya saya bertekad
untuk punya suami kaya, jadi bisa punya pembokat dan nggak perlu ngelakuin
pekerjaan rumah tangga… hahaha.
BULLY
Pada awalnya saya merasa mbak Dewi
sukanya ngebully si Onyon Irma. Tapi lama-lama dia jadi hobi banget ngebully
saya. Sejak berstatus Downgrade dan Obsolete apalagi. Kita mah sebenernya
nggak diambil hati masalah bully membully. Tapi pastinya mbak Dewi kalo
membully saya maksimal banget.
Yang paling maksimal sih…
Suatu malam, waktu saya lagi lewat
kamar Abah Dadik yang terbuka, trus si abah lagi tiduran di kasur. Dengan
posisi yang aneh, dan kakinya naik ke dinding. Saya mengenali posisi tidur itu
karena saya juga suka pose begitu kalau pas mau tidur rambut saya masih basah.
Tidurnya nggak searah kasur tapi
melintang, supaya rambut bisa dipinggir kasur (kena angin dari kipas dan gak
ngebasahin bantal), trus kaki nya nekuk kaya udang atau naik ke dinding.
Nah saya ujug-ujug masuk kamar
Abah sambil nyeletuk “Wah Abah, pose tidur kita samaaa…”.
Tanpa saya sadari, mbak Dewi yang
jahil langsung nutup pintu kamar Abah dari luar, Saya terkunci di dalam sama Abah.
Ya saya panik lah!!! *Trus saya gedor-gedor dari dalam. Dan pas dibukain saya
langsung lari ke kamar sendiri. Kata mbak Wi saya macam orang yang disuruh
Kawin Paksa… -___-‘’
Saya pernah juga dikurung mbak
Dewi di kamar mandi.
Kalo dikurung sendiri mah gak
papa. Ini dikurungnya sama si Deasy yang udah setengah ‘buka-bukaan’ mau mandi.
Trus saya panik lah!!! *Gedor-gedor pintu juga dan habis dibukain juga saya
langsung lari kabur. (sebenernya bingung juga kenapa panik di kamar mandi kan
sama-sama cewek, entahlah… saya merasa suka horror aja kalo si Deasy udah
vulgar hahaha)
Lainnya adalah waktu di kelas,
Mbak Wi dan Mei lagi dengan
serunya mengeksplor cerita pembullyan saya sama anak-anak cowok (sampek si Mei nggelesot2 dilantai niruin
pose tidur saya). Trus saya emosi dan melakukan gerakan menendang dan sebelah sepatu
saya melayang kena Deasy.
Deasy dan Mbak Wi yang jahilnya
sama aja, langsung ngebawa kabur sepatu saya keluar kelas. Trus saya mau ngejar
malah ditahan (pintu kelasnya dikunciin lagi). Lalu pas saya panik keluar nyari
sepatu, Deasy dengan entengnya bilang “Tak buang noh hahaha…”. Muka saya pucet
ngelihat bak sampah yang isinya dus makan siang warna putih (sepatu saya juga
putih), masak saya harus ngubek2 bak sampah sih…
Saya panik sampai tanya mas-mas OB
segala, ‘Mas lihat sepatu saya nggak..?’ (mana mas nya tau lah… -___-‘’
odongss).
Saya sudah hopeless ketika si Arif
keluar kelas dan bilang… “Ituloh di dekat taneman…”
Saya buru-buru ke tempat yang
ditunjuk Arif dan menemukan sepatu saya... uhuhuhuuwwww (Arif baikkk T-T).
Yah…entah mengapa walaupun saya
dibully dan dikatain obsolete, tapi saya tetep kangen Mbak Wi dan semuanya yang
berkasta lebih tinggi hahaha…
Sebetulnya masih ada banyak hal
yang saya kangenin dari Wisma Ismail.
- Saya kangen tipi gede nya yang rusak (sudah sempat kami perbaiki dan pinjem antene abah, pas dibeliin antene sama ibu kos, tipinya malah ngadat dan gak bisa nyala lagi, sama sekali…)
- Saya kangen masak nasi pake rice cooker geje di kos (kalo beras yang murah, nasinya bahkan gak bisa bertahan lebih dari semalem)
- Saya kangen kulkas yang isinya penuh macem-macem nggak jelas punya siapa
- Saya kangen jemuran yang sudah ancur. Yang kalo ujan dan rempong diangkat ke dalem, pasti baju-bajunya berguguran
- Saya kangen gallon aqua yang beli di pak MAMO yang sekarang kami hibahkan buat wisma Ismail ( tadinya mau dijual lagi sih)
- Saya kangen pesen nasgornya abang Scorpion (bukan nama aseli, tapi abangnya baik dan rela nganter nasgor sampek manjat pagar kosan)
- Saya kangen kamar saya dan Deasy, yang lembab dan atapnya jamuran
- Saya kangen kamar mbak Mia dan Mei yang hangat, terang dan sering jadi tempat curhat
- Saya kangen kamar Mbak Wi, Irma dan Vicky yang barangnya berceceran dimana-mana sampe ke gorong-gorong…
Saya juga kangen tokoh-tokoh pendukung di Wisma Ismail…
- Emak = Ibu sekretaris direksi yang ngontrak di lantai 1. Suka masak buat abah (kita bisa ikut makan), suka belanja, suka jalan-jalan sama Mei, suka ke gereja sama Irma, suka plesir ke luar negeri.
- Abah = bapak yang kamarnya deket sama rusunawa 1 dan 2. Orang jatim yang geje. Manis dan ganteng sebener e. dan dia yang tadinya kalem jadi suka salting n ngakak kalo ngobrol, terutama sama mbak Dewi (ihir)
- Kakek = bapak di kamar satunya lagi, sudah lebih tua. Dan dia suka masak tiap pulang kerja. Masakannya mesti wanginya enaaaakkk beuuddd.
- Ibu Minanti (landlady) = cantik beuuddd orang Cirebon. Suami dan anaknya bule New Zealand.
- Ibu (yg suka bersih2 kos) lupa namanya he maaapp = selalu ngambilin sampah kami, bisa benerin kunci pintu, pokoknya serba bisa deh.
Memori terakhir di kos yang saya
ingat adalah… sebelum kami pisah ke pabrik masing-masing.
Pulang perpisahan CT di HO, kami
jalan kaki kayak biasa. Menelusuri jalan JOhari, jalan Ismail sambil
membayangkan besok gak lewat jalan ini lagi.
Lalu bersih-bersih mandi, solat
seperti biasa. Lalu (bodohnya) saya salim sama Deasy lalu malah nangis kejer
lama banget, dan pas Mbak Dewi masuk buat bikin ketawa, saya malah nangis
tambah kenceng. Habis itu kami doa
perpisahan makan sate sama Emak-Abah, saya nangis lagi.
Habis itu kami packing. Lalu
Bobok.
Malam terakhir di Wisma Ismail.
Jam 2 pagi, saya ngelihat samar-samar si Deasy udah mandi, udah packing.
Jam 3
pagi, semua sudah siap dengan jemputannya masing-masing ke bandara dan ke
tempat travel. Tinggal saya yang paling deket menunggu berangkat jam 6 pagi.
Saya yang terakhir merasakan
sarapan sendiri di kosan yang biasanya rame.
Saya yang terakhir dilepas naik
taksi sama Abah Emak dan si Kakek.
Saya yang terakhir menengok
kebelakang, ke kosan kami yang punya banyak kisah…
Terlalu banyak pokoknya kenangan
yang gak bisa saya tuliskan terutama yang berhubungan dengan kehidupan anak
cewek di kosan. Pastinya, kalau bisa disuruh memilih, kalau kembali ke HO, saya
pengen kumpul sama cewek-cewek berenam ini, sama-sama di wisma Ismail lagi.
Makan bareng lagi, karaokean lagi, curhatan lagi, main BINGO lagi, ngegosipin
cowok-cowok lagi… :D
Semoga bisa ya… Amin…
MISS U all GiRLs… :D Take Care…
CT-1 !! Be the ONE ! Be The BEST!
LUAR BIASA !!!
(Note: sayang saya nggak tau
detail kehidupan anak cowok di kosan, kalau tau pasti saya buat reportnya juga haha…)