Masih ingat pembicaraan tentang migrasi nya ikan salmon si abang Raditya Dika?
Setiap orang pasti punya suatu kondisi dimana dia diharuskan 'pindah'. Entah itu pindah dari zona nyaman ke yang kurang nyaman, atau syukur kalo misal sebaliknya.
Saya sendiri masih menelaah mengenai peristiwa migrasi saya yang akhir-akhir ini berlangsung dengan sangat dinamis.
Orang awam bilang kita harus pindah.
Anak sosial bilangnya terjadi migrasi.
Tapi menurut saya kita lebih mudah memahami kata MOVE ON.
Hanya dalam 6 bulan saja saya sudah merasakan 3 kali 'move on'.
Disini tolong jangan asumsikan bahwa move on hanya mengacu untuk hubungan asmara (walaupun itu salah satunya juga sih).
Well,
Saya move on dari domisili, move on dari pekerjaan, dan move on dari kisah cinta yang udah lumayan lama berjalan.
Dari beberapa kejadian di atas, ada move on yang memang sudah terencana dan ada juga yang insidental.
Katakanlah, sejak lulus Juli 2012 lalu, saya sudah pindah sana sini. Semarang-Magelang-Sampit-Semarang lagi-Jakarta-Bogor, lalu Sampit lagi. Tidak ada yang namanya kebetulan, karena ini semua adalah rencana dari Yang di Atas.
Move on saya dari segi domisili ini tentunya juga dipengaruhi oleh pekerjaan.
Dari seorang fresh graduate, jobseeker, new employee, lalu berakhir dengan kata 'resign'. Siapa yang sangka saya tiba-tiba sudah ada di kampung halaman lagi setelah susah payah mendapat pekerjaan awal tahun ini dan hanya bertahan 6 bulan terakhir, out of expectation.
Berpindah-pindahnya tempat tinggal plus gawean ini 'sayangnya' juga disusul oleh berpindahnya 'hati' saya.
Dari seseorang yang tadinya sudah bareng sejak kuliah, sampai sekarang kami menempuh jalan masing-masing, kami pun (saya tepatnya) memutuskan untuk berpisah. Pisah secara fisik dan non-fisik, sebut saja 'break up'.
Awalnya karena saya selalu berpikir bahwa hubungan kami tidak pernah punya timing yang baik, dan untuk bisa saling support, terlalu sedikit effort yang kami lakukan.
Saya tidak pernah ingin menyakiti dia, tapi saya justru akan menyakiti dia dengan bertahan lebih lama.
Maka, saya move on, dari hubungan yang tidak bisa lagi saya katakan 'cinta' (masalah move on nya ke hati siapa, dibahas kapan-kapan aja yah kalo udah 'jadi' :D)..
Kata orang move on itu gak semudah membalik telapak tangan, definitely right, tapi bukan tidak mungkin.
Saya sendiri merasa bahwa saya seringkali justru terlalu mudah move on, bukannya apa, saya cuma nggak mau terlalu lama berkutat di satu masalah, karena saya orangnya moody banget.
Yang pasti, meskipun saya sudah move on, dari apapun atau siapapun itu, saya akan selalu menyimpan memorinya.
Saya orangnya sangat suka dokumentasi, maka terkadang hal-hal yang sudah saya tinggalkan di belakang masih menyisakan banyak record yang bisa dibuka kembali.
Bukan untuk menangisinya,
bukan untuk menyesalinya,
tapi untuk tersenyum mengingatnya,
dan kemudian bersyukur karena sudah diberikan kesempatan untuk berpindah,
move on,
untuk menjalani hidup yang lebih baik...
meraih mimpi-mimpi yang tertunda...
dan bertemu seseorang, lagi...
-Thank you for the memories-
NOTE:
*Terimakasih untuk kota-kota yang pernah saya tinggali (sebagus atau seancur apapun itu)
**Terimakasih untuk job terakhir yang tidak pernah saya sesali (seburuk apapun penilaian orang, thx for the chance)
***Terimaksih untuk orang-orang yang pernah atau masih mencintai saya, tapi tidak bisa menjalani kisah yang sama lagi bersama, semoga kalian selalu bahagia...