Kisah yang Fana
Percik air surga sesejuk awan
Tangis bahagia menyambut lahirnya harta paling berharga
Membasuh kedua tangan kecil bersama hembusan nafas cinta
Titipan Yang Maha Kuasa
Meredam kelamnya malam dibalik bayangan rembulan
Ketika senyum itu terbias dalam kristal indah hati si wanita
Menyambut bayi kecil yang suci nuraninya
Waktu bergulir bersama terbitnya sang mentari
Langkah kaki kecil menyapu eloknya taman bunga tak berujung
Dalam buaian kasih bunda ia pun dewasa
Pemuda yang t’lah mampu jatuh cinta
Pergi dari pondok kecil menuju istana mimpinya
Diiringi air mata pria tua yang s’lalu teringat buah hatinya
Seberkas pelangi mengintip elok dibalik sosok yang berlari
Tapi ia tak berbalik, tak berani berpaling
Meski ketakutan itu memanggil
Hanya terus berlari meraih cahaya di kegelapan
Hingga terjerat di lubang hitam bersama mereka
Bukan ia sengaja,
Hanya tak mampu dan tak ada daya
Diantara jutaan bintang yang berpendar
Mereka menari di danau kehidupan yang fana
Hanya mencoba bernyanyi namun tak ada suara,
Nada-nada itu telah hilang berkelana sejak mereka mulai merasa
mampu berpijak dengan angkuhnya.
Dibalik air matanya
Terlukis pesona keagungan-Mu
Memberi jawaban pasti doa para pemuja yang bersimpuh
Diantara siksaan jiwa mereka yang terlupa karna dunia
Mencari jalan kembali menuju pelukan-Nya
Boneka rapuh yang terhempas ombak egonya
Hingga tak mampu menyangga kaki tuk tegak berdiri
Pilar-pilar penjaga hati
runtuh sudah diterpa amukan langit merah
yang membara sampai penghujung senja
Merobohkan yang tersisa, namun tak pernah memanggil nama-Nya
Mereka menjerit di hamparan permadani-Nya
Di suatu negeri yang ada
Namun mereka tak percaya
Hingga waktunya tiba
Mata hati terbutakan kilau keagungan-Nya
Ia menjerit mencari kekasih hatinya
Menggapai setali asa yang terputus
Namun kesendirian yang mengikatnya kini
Tak ada yang menggenggam jemari
Tertawalah sang pengembara menatap lembar memori
Putih bersih jiwa yang terlahir karna cinta
Kini kelabu dan berduka
Betapa ia merindu sang bunda
Teringat ayah yang bangga pada putranya
Teringat surga kecil yang ditepisnya demi istana raja mulia
Yang telah merenggut putih-Nya
Memberikan malam tanpa akhir
Ketika lembaran terakhir tersingkap
Tak ada lagi harapan di hati
Bermimpi meraih bahagia
Tak butuh lagi harta dan wanita
Hanya butuh penyejuk raga yang menyapu air mata
Sang pujangga kini menatap hitam
pasrah berdoa, semoga Dia Yang Esa memberikan sekali masa
Tuk merasakan nafas hidupnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar